Selasa, 12 Februari 2008

STRATEGI PEMBELAJARAN DENGAN FOCUSED BASED EDUCATION

Suranto
Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1, Pabelan, Surakarta
ABSTRAK
Tujuan penulisan ini untuk memberikan masukan bagi penyelenggara program studi keteknikan atau program vokasi dan okupasi agar keluaran yang di hasilkan cepat memperoleh pekerjaan sesuai bidangnya. Pendekatan yang diusulkan adalah strategi pembelajaran yang terfokus, mendasar dan mendalam. Manfaat yang ingin di capai adalah keluaran yang dihasilkan siap pakai, siap kerja dan siap latih, artinya setiap lulusan yang di hasilkan lembaga pendidikan dapat terserap dan mampu diterima di pasar kerja, serta mampu mengaktualisasikan dirinya sendiri menjadi kreator dan inovator. Pendidikan siap pakai tersebut harus di bekali materi enterpreneur dan penggalian potensi diri dengan perpaduan pendidikan vokasi yang di dasari kurikulum berbasis life skill.
Link and match yang didengungkan selama ini tidak optimal, maka istilah ini diganti dengan we serve the real world. Hal ini berdasarkan analisis bahwa pendidikan vokasi yang siap kerja ke depan mempunyai ciri penguasaan terhadap teknologi, mampu mengedepankan life skiil, berkreasi, berinovasi, menghasilkan produk nyata, keluaran yang siap kerja, mampu berwira usaha, dominasi praktek, bekerja sama dengan dunia industri, untuk meraih cita-cita tersebut dibutuhkan asesmen strategi pembelajaran yang tepat. Kata kunci : asesmen, strategi, pembelajaran, pendidikan vokasi
Pendahuluan
Pengangguran semakin meningkat, kemiskinan bertambah banyak akibat cepatnya arus reformasi maupun globalisasi digulirkan. Di lain pihak asesmen strategi pembelajaran yang tepat belum dilaksanakan. Reformasi pendidikan di kampus perlu di laksanakan, agar keluaran yang dihasilkan siap pakai, siap kerja dan siap latih, artinya setiap lulusan yang di hasilkan lembaga pendidikan dapat terserap dan mampu diterima di pasar kerja. Menurunnya minat belajar, banyaknya penganguran, tambahnya kemiskinan, menurun produktivitas, menurunnya skor HDI [Human Development Indeks] bangsa Indonesia di mata dunia, merupakan akibat pendidikan di Indonesia belum survive.
Mutu sumber daya manusia (SDM) merupakan tantangan riil yang di hadapi bangsa saat ini. Sebuah tantangan yang sangat berat, tidak mengenal batas waktu dan tidak mengenal asal usul negara. Hanya bangsa yang memiliki SDM yang unggul dan cerdas yang akan memenangkan kompetisi global dan akan tetap survive di masa mendatang. Karena itu, paradigma baru sistem pendidikan bermutu yang mengacu pada sistem broad based education yang berorientasi pada peningkatan life skill masyarakat dengan mengakomodasi kebutuhan masyarakat yang dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi, diubah menjadi sistem focused based education (Suranto, 2005) yang berorientasi pada peningkatan life skill dari potensi diri dengan mengakomodasi kebutuhan dunia usaha dunia industri dan kewirausahaan, sudah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan dan perlu menjadi skala prioritas untuk mengurangi pengangguran intelektual.
Perlu di cermati pada kondisi saat ini, bahwa terjadi perubahan pola pikir masyarakat, kemana dan dimana anaknya harus disekolahkan. Jika menyekolahkan di Perguruan Tinggi S1 mereka banyak yang menganggur, jika menyekolahkan di Program D1-D3, ternyata lulusannya tidak mampu terserap semua di pasar kerja. Masyarakat menjadi bimbang, gambling dalam menyekolahkan anaknya. Heterogenitas tingkat pendidikan masyarakat, keterpurukan perekonomian masyarakat, kurang meratanya tingkat pendidikan, rendahnya mutu lulusan dan banyaknya pengangguran intelektual, serta pembelajaran yang tidak tepat merupakan tantangan pendidikan yang berakibat pada pola pikir masyarakat.
Dari komparasi internasional, mutu pendidikan di Indonesia juga kurang menggembirakan. Human Development Index (HDI) Indonesia menduduki peringkat 102 dari 106 negara yang di survei satu tingkat di bawah Vietnam. Survei the Political Risk Consultation melaporkan bahwa Indonesia berada pada peringkat 12 dari 12 negara yang di survei dan di bawah Vietnam. Artinya mutu pendidikan Indonesia belum mampu memecahkan masalah bangsa. Link and Match di rasa belum terealisasi secara optimal. Tulisan ini memberikan usulan, masukan, wacana pemikiran diskusi tentang asesmen strategi pembelajaran agar keluaran yang di hasilkan agar siap kerja. Hal ini didasari karena permasalahan ketenagakerjaan telah memprihatinkan, jumlah penganggur dan pendapatan rakyat miskin relatif rendah dan tidak merata. Pengangguran di Indonesia 70%, di dominasi oleh kaum muda. Perlu menjadi pemikiran semua pihak, bahwa pengangguran di Indonesia sangat besar. Hal ini bisa di tunjukkan dalam tabel 1 sampai tabel 4.
Berdasarkan data, maka strategi pendidikan di Indonesia juga harus di evaluasi karena ikut andil dalam menyiapkan kualitas SDM dan keluaran yang dihasilkan.
Tabel 1. Pengangguran menurut umur di Indonesia
Golongan Umur Laki-Laki (ribuan) Perempuan (ribuan) Jumlah (ribuan)
15 - 24 2,712 2,071 4,783
25 - 34 3,171 3,350 6,521
35 - 44 3,047 3,542 6,589
45 - 54 2,631 2,577 5,208
55 + 3,251 2,115 5,367
Jumlah 14,812 13,655 28,467

Sumber : Sakernas, DPR 2003 (Usman, 2004)
Suranto – Strategi Pembelajaran Dengan Focused Based ... Tabel 2. Penganggur terbuka menurut kategori pengangguran
Kategori Pengangguran Laki-Laki (ribuan) Perempuan (ribuan) Jumlah (ribuan)
1. Mencari Pekerjaan 3,171 2,452 5,623
2. Mempersiapkan Usaha 49 65 114
3. Merasa Tidak Mungkin Mendapat Pekerjaan 1,417 1,665 3,082
4. Sudah Bekerja tapi Belum Mulai Bekerja 291 421 712
Jumlah 4,928 4,603 9,531

Sumber : Sakernas, DPR 2003 (Usman, 2004)
Tabel 3. Pengangguran di Indonesia secara makro menurut pendidikan
Pendidikan Laki-Laki (ribuan) Perempuan (ribuan) Jumlah (ribuan)
< SD 9,847 10,240 20,087
SMTP 2,809 1,951 4,761
SMTA 1,687 1,016 2,703
Diploma/Akademi 197 217 413
Universitas 272 232 504
Jumlah 14,812 13,655 28,467

Sumber : Sakernas, DPR 2003 (Usman, 2004)
Tabel 4. Total penganguran di Indonesia
No Tahun Penduduk Penganggur
1 1999 179 juta jiwa 5,37 juta
2 2005 223 juta jiwa 11,15 juta
3 2020 254 juta jiwa 20,3 juta

Sumber : Sakernas, DPR 2003 (Usman, 2004)

Tidak ada komentar: